Menelusuri Sistem Edukasi di China: Syal Merah Vs Topi Tut Wuri Handayani

Setiap suku bangsa dan negara memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dari suku bangsa serta negara lainnya. Ciri khas ini mencakup berbagai aspek, diantaranya sistem edukasi. China dan Indonesia, dua negara Asia multicultural yang memiliki kekhasannya masing masing,juga memiliki perbedaan dalam sistem edukasinya. China, dengan syal merah sebagai lambang seragamnya, memiliki perbedaan yang mencolok dalam sistem edukasinya dibandingkan dengan sistem edukasi yang dijalani siswa bertopi Tut Wuri Handayani di negeri tercinta kita Indonesia. Di Indonesia, ujian merupakan suatu rutinitas dalam pembelajaran. Siswa diwajibkan mengikuti ulangan–ulangan harian dan ujian tengah semester serta ujian akhir semester yang diberikan para guru untuk memenuhi standar nilai di rapor yang menentukan kenaikan kelas siswa tersebut. Pada akhir jenjang pendidikan, berbagai jenis ujian disajikan ke hadapan para siswa untuk menentukan kelulusan. Demikianlah konsep ulangan dan ujian di Indonesia, suatu penentu bagi siswa untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya. Sedangkan di China, ulangan dan ujian merupakan suatu standar penilaian para guru untuk mengetahui kemampuan para siswa, dan berdasar dari penilaian tersebut membuat perencanaan untuk pengajaran pada tahap selanjutnya. Siswa pada awal masuk tahun ajaran diwajibkan mengikuti ujian penempatan kelas (placement test). Kemudian rutin setiap minggu, setiap bulan, setiap semester, akan diadakan juga ujian. Adanya ujian-ujian ini diharapkan agar para guru dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki para siswanya dan membagi kelas berdasarkan urutan nilai para siswa. Dengan demikian, para guru dapat menggunakan cara yang berbeda dalam mengajar para siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda.
Di Indonesia, kita disuguhkan pelajaran teori mengenai norma, moral dan kedisiplinan yang dinamakan PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), para siswa di China diwajibkan untuk mengikuti pelajaran yang dinamakan pelatihan militer (??). Pelajaran ini wajib diikuti para siswa China sebelum mereka mulai duduk di bangku SMP, SMA, dan Universitas. Pelajaran ini ditujukan untuk melatih siswa agar hidup dalam kedisiplinan dan memiliki kebiasaan hidup yang baik dan benar. Bahkan, ada beberapa sekolah yang akan membawa para siswanya langsung ke tempat dimana para prajurit tinggal, untuk menjadi prajurit sehari dan menjalani secara langsung dan secara nyata kehidupan keseharian para prajurit. Dengan demikian, siswa akan menjadi lebih disiplin. Pelajaran ini juga termasuk dalam penilaian dan mempengaruhi kenaikan kelas para siswa.


Ada dua jenis sekolah di China. Jenis sekolah yang pertama kira–kira sama konsepnya dengan di Indonesia, dimana para siswa datang ke sekolah, mengikuti pembelajaran di kelas, dan siswa diijinkan pulang ke rumah masing–masing setelah kegiatan pembelajaran di kelas selesai. Jenis sekolah yang kedua merupakan keunikan dari sistem edukasi di China, yakni sekolah asrama. Siswa yang bersekolah di sekolah asrama akan masuk ke asrama dari minggu malam, dan diijinkan pulang ke rumah masing–masing pada hari Jumat sore di minggu berikutnya. Dalam kurun waktu tersebut, siswa tidak diperbolehkan untuk keluar dari sekolah, kecuali ada permintaan khusus dari orang tua. Sebagian besar orang tua murid di China lebih memilih sekolah asrama untuk pendidikan anaknya. Hal ini dikarenakan para orang tua tidak memiliki waktu banyak untuk menemani anaknya. Sedangkan di sekolah asrama, para siswa akan dibimbing dan dijaga oleh para guru dan ditemani oleh teman–teman sebayanya. Sekolah asrama juga kerap kali membuat anak menjadi lebih mandiri.
Sekolah di China dimulai dari pukul 8 pagi sampai pukul 5 sore, dengan jumlah kelas sekitar tujuh sampai delapan kelas per hari, durasi per satu jam pelajaran 45 menit, dan setiap 1 jam pelajaran siswa diberikan waktu istirahat sekitar 5-10 menit . Di tengah–tengah kesibukan kelas, pada pukul 10 pagi setiap harinya diadakan morning exercise dimana seluruh siswa berkumpul di lapangan dan melakukan olahraga pagi. Demi kelancaran proses pembelajaran, sekolah di China menyediakan berbagai fasilitas untuk para siswanya, salah satu diantaranya, yang sangat sederhana namun berkesan, adalah pembagian alat tulis. Lain halnya di Indonesia dimana para siswa mempersiapkan sendiri alat tulisnya, para siswa di China mendapatkan gratis alat tulis dari sekolah. Satu lagi keunikan dari sekolah di China yang tidak dimiliki di Indonesia, yakni setelah makan siang sampai dengan pukul 14:30 petang, para siswa diberikan waktu untuk tidur siang. Selama kurun waktu tersebut, siswa diijinkan untuk beristirahat sepenuhnya agar kemudian dapat melanjutkan kelas dengan stamina prima sampai pukul 5 sore nantinya.
Salah satu terobosan radikal dalam sistem birokrasi pendidikan seperti yang dilakukan China adalah melepas status pegawai negeri bagi seluruh guru dan dosen yang diubahnya menjadi pegawai yang dikontrak setiap 4 tahun sekali. Tujuan reformasi tersebut agar muncul budaya kompetisi kerja dalam menjalankan program percepatan kemajuan pendidikan untuk mengejar ketertinggalan.
Terakhir hal yang menjadi fokus bagi majunya sistem pendidikan China adalah merevitalisasi sarana dan prasarana pendidikan dengan gedung dan peralatan yang layak, melakukan penghematan anggaran dengan membatasi bepergian ke luar negeri dengan menggunakan uang negara bagi pejabat negara (pejabat dari mulai kepala sekolah, rektor dan eselon 4, 3, 2 dan 1 di kementerian pendidikan China hanya diizinkan muhibah ke luar negeri 1 kali dalam 1 tahun). Alih-alih bepergian ke luar negeri untuk benchmarking misalnya, pemerintah China lebih mendorong sekolah dan perguruan tinggi untuk mengundang expert atau guest Professor atau visiting scientist dari seluruh dunia untuk datang ke China dengan dibiayai oleh pemerintah China. Dari teori ekonomi lebih banyak ruginya mengirim delegasi keluar negeri karena devisa negara lari ke luar negeri, namun bila mengundang ahli dari luar negeri ke dalam negeri meskipun dibiayai oleh pemerintah sesungguhnya tidak ada uang yang keluar karena semua biaya tersebut dibelanjakan dan habis di dalam negeri