Login

Pusat Pendidikan & Pelatihan Industri

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Diawali Jumat Bersih

Penghargaan Adiwiyata

Sikap peduli lingkungan memang membutuhkan pembiasaan dan dimulai dari hal yang kecil dan sederhana. Berawal dari persoalan banjir yang dialami setiap musim hujan, warga SMPN 1 Lembar berhasil mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih dan asri, hingga mendapatkan penghargaan Adiwiyata.

Teduh dan Bersih, itulah kesan begitu masuk halaman Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lembar, Lombok Barat, Nusa tenggara Barat. Sinar Matahari siang tersaring deretan pohon mangga. Aneka bunga di hamparan rumput hijau, deretan pot tanaman hias di sisi ruang kelas, dan selokan bersih menambah keasrian sekolah itu.

"Kami biasakan siswa menjaga kebersihan lingkungan sekolah," ujar Syamsuri, S.Pd,  guru Biologi, pertengahan Juni, ketika ditanya tentang sejumlah siswa yang tanpa dikomando mengambil dedaunan dan kertas yang mengapung di selokan sekolah.

Sikap peduli lingkungan adalah program muatan lokal yang diusung sekolah ini. Pembiasaan itu dimulai dari memperhatikan hal kecil dan sederhana. Contohnya, 15 menit sebelum jam belajar, 600 siswa sekolah itu membersihkan ruang kelas dan halaman sekolah. Sampah organik dan nonorganik dipisahkan dan dimasukkan tong keranjang sampah yang digantung di depan kelas masing-masing.

Dari dedaunan pohon mangga, mahoni, dan lainnya yang dikumpulkan, sebulannya menghasilkan 1 kuintal pupuk organik yang dibuat siswa. Pupuk organik itu kemudian dipakai memupuk tanaman ataupun bibit tanaman hias dan obat-obatan di sekolah itu, seperti kamboja, puring, lidah buaya, lidah mertua, bunga bakung, kumis kucing, kunyit, jahe, mahkota dewa, atau tanaman langka macam gatep.

Di samping sekolah ini juga tersedia kolam budidaya ikan air tawar seluas 300 m2 dan hutan mini seluas 1.000m2 yang ditanama mahoni. Tiap kelas diberi kapling untuk merawat tanaman itu. Sejak penerimaan siswa baru, seorang siswa malah sudah diwajibkan menyumbang satu tanaman yang dirawat selama menjadi siswa sekolah itu. "Kalau tanaman itu mati, siswalah yang menggantinya," tutur Syamsuri.

Sebulan sekali juga dilakukan kegiatan "Jumat Bersih" untuk menggugah partisipasi masyarakat. Para siswa ini membersihkan tempat umum, tempat ibadah di seputar kampung sekolah, dan jalan utama yang menghubungkan Pelabuhan Lembar dengan Kota Mataram. Sampah-sampah kemudian ditanam di lubang-lubang lokasi kegiatan.

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) juga ditempuh melalui pola pembelajaran. Menurut Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga L.Syafi'i, PLH yang semula menjadi mata pelajaran terssendiri (monolitik) dikaitkan juga dengan mata pelajaran lainnya. Tema itu dikaitkan dengan mata pelajaran Agama, IPA, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, mapun Matematika. Dari mata pelajaran ini akhirnya dapat diketahui hubungan kebersihan dengan agama, sanitasi lingkungan, pertumbuhan tiap jenis tanaman, bahkan siswa membuat puisi, cerita pendek, dan yel-yel tentang lingkungan hidup.

Muatan lokal yang diterapkan sejak tahun 2000 membuahkan hasil berupa penghargaan Adiwiyata yang diberikan Kementerian Pendidikan bebeapa waktu lalu  SMP ini menyisihkan 16 sekolah yang mengikuti program itu.

Program ini berawal dari persoalan empiris yang dihadapi sekolah itu pada 1985. Setiap kali hujan, halaman sekolah berubah menjadi danau dadakan. Para guru dan siswa harus mengeluarkan bangku sebagai jembatan agar bisa masuk ruang kelas.

Kini, setelah meraih penghargaan Adiwiyat, SMPN 1 Lembar pun bersiap-siap meningkatkan peringkatnya, Wiyata Mandiri. Untuk mencapai sukses, memang memerlukan proses. Warga SMPN 1 Lembar sudah membuktikannya, Dari sekolah tergenang menjadi sekolah peduli lingkungan.

(Sumber: Kompas, 5 Agustus 2010)