Oleh: Desiana Trisnanti
Istilah spesialis dan generalis pada umumnya kita kenal dalam bidang karir.Istilah tersebut merujuk pada sumber daya manusia (SDM) di sebuah industri/organisasi, entah bidang pendidikan, keuangan, manufaktur, maupun di bidang-bidang lainnya. Dari kedua istilah tersebut sebenarnya sudah nampak apa perbedaannya secara umum. Generalis merujuk pada kemampuan seseorang yang memahami banyak bidang, tetapi pengetahuannya terhadap bidang-bidang tersebut tidak begitu mendalam.Sebaliknya, spesialis adalah mereka yang memiliki pengetahuan pada bidang tertentu saja, tetapi seseorang tersebut menguasai bidang tertentu tersebut secara mendalam.
Dengan kata lain bisa diibaratkan seorang spesialis adalah seseorang yang membuat salah satu kepingan jigsaw puzzle sampai pada detail kepingan yang terkecil; sementara generalis adalah orang yang mengumpulkan kepingan jigsaw puzzle buatan para spesialis lalu menyatukannya. Walaupun tentunya seorang generalis biasanya tetap memiliki kompetensi dan pengetahuan dasar di bidang tertentu, namun memiliki pengetahuan lain yang sangat luas dan beragam selain dari kompetensinya. Pola spesialis-generalis ini sangat bermanfaat dalam kompetensi profesi dan masing-masing memiliki positif dan negatifnya.
Terkait dengan kedua kata tersebut, tren industri saat ini berbeda dengan dahulu.Kalau dahulu fenomenanya adalah orang yang tahu banyak tentang sesuatu dianggap keren, memiliki prestise, dan dianggap memiliki intelektual tinggi.Walaupun memang hal tersebut ada benarnya.Namun, era tersebut sudah terganti karena fenomena saat ini orang lebih menghargai spesialisasi atau kemampuan khusus.Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Handry Satriago (CEO of General Electric Indonesia). Menurut Handry, kini setiap orang dituntut untuk memiliki expertise masing-masing. Yang dicari perusahaan saat ini adalah orang-orang yang benar-benar menguasai suatu bidang, benar-benar mempunyai pengalaman, setidaknya 3-4 tahun dalam mengerjakan sesuatu, sehingga dia menjadi orang yang dapat mengambil keputusan yang tepat mengenai hal tersebut.
Jika memang spesialisasi yang sangat dibutuhkan di era industri saat ini, di sisi lain muncul pertanyaan bagaimana caranya kita bisa meraih keahlian khusus jika situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk meraih itu.Untuk menjawab hal tersebut dapat kita lihat dari sudut pandang pendidikan dan pengalaman. Menjadi seseorang yang memiliki kompetensi spesialis tidak perlu dipandang harus dari segi pendidikan formal, kita dapat memperoleh spesialisasi dari pengalaman, pelatihan, belajar dari ahlinya, dan juga minat kita untuk mendalami kompetensi yang ingin kita capai.
Kemudian pertanyaan selanjutnya, manakah yang lebih menguntungkan, apakah menjadi seorang profesional dengan kompetensi yang bersifat generalis (berorientasi specific job area), ataukah menjadi profesional dengan kompetensi yang bersifat spesialis (berorientasi pada specific job task). Tentunya dari segi calon pegawai yang akan direkrut, memiliki spesialisasi merupakan faktor yang lebih menguntungkan, karena:
Untuk itu, penting bagi kita untuk mengembangkan kompetensi kita serta mendalami spesialisasi kita. Di era teknologi seperti ini tentunya tidak sulit untuk kita mengembangkan diri, kita dapat menggunakan fasilitas internet seperti e-book ataupun mengikuti berbagai pelatihan. Tentunya dengan memanfaatkan peluang yang ada dan tetap fokus pada bidang yang kita minati, alhasil kita akan menjadi profesional dibidang tertentu. Dengan adanya sumber daya manusaia yang berkualitas, hal ini akan sangat membantu mewujudkan tujuan organisasi mencapai keberhasilan.